Sabtu, 29 Oktober 2016

MERAWAT LUKA

Sebelum semuanya berakhir, mungkin engkau akan bertanya-tanya, alasan macam apa hingga akhirnya aku memberanikan diri menuliskan ini untukmu. Seperti halnya aku yang selalu bertanya-tanya, kesetiaan macam apa yang tuhan berikan kepadamu, hingga mau merawat kepedihanku.

Sederhana saja alasanku, kekasihku, aku ingin menuliskanmu sebuah curahan hati; yaitu sebuah puisi yang setiap kali kau baca tak pernah menyisakan rasa nyeri. Sesederhana itulah alasanku membuat puisi untukmu, sesederhana kita yang saling jatuh cinta, sesederhana kita yang saling menjaga setia, (semoga).

Menulis puisi ini untukmu, sama susahnya seperti aku pertama kali bilang ‘I love You’ kepadamu; sangat sakral bagi hidupku, dan mungkin juga bagi hidupmu.

Kau pasti mulai bosan membaca pengantar ini, dan aku belum juga menuliskanmu sebuah puisi. Aku gamang, tak percaya diri menuliskanmu dalam sajak-sajakku, dan aku harus hati-hati sekali, agar kata-kata yang kutuliskan nanti: tak melukai dan menyakiti kebahagiaanmu dengan dia hari ini. 

Semoga kau tak membacanya, kalaupun kau sudah membacanya semoga kau lekas lupakan kenangan kita.
kita yang dulu pernah satu cita-cita. kita disatukan oleh cinta, namun sedih dan bahagia adalah bab lain dari sebuah buku cerita.

Tapi rupanya kau sedang menyusun masa depan, ketika aku bertanya-tanya, sebelah mana hatimu yang manakah, aku, kau letakan. Kau bercerita seolah mengaduk air dalam bejana kata-kata, sementara aku bersabar mengendapkan keruhnya.

Menjelang pergi nanti, jangan memberi cangkir kecil untuk tanda mata, aku butuh gelas besar buat menampung banyak sekali air mata. sekali saja berilah aku kesempatan, membahagiakanmu mlebihiesedihan yang selama ini aku ajarkan.

Sudahlah kau diam dibalik alibimu, aku lelah. Setiap kau tak ada, bayangmu bercerita lebih banyak dari yang sanggup kudengarkan.

Jika kau ingin melepaskanku, lepaskanlah hatiku bukan tubuhku, sebab tubuhku bisa kemanapun, tapi hatiku tidak, Sebab yang pergi barangkali pulang, yang datang mungkin hilang, maka aku merelakanmu, meski kelas atau sekarang.

*ini aku tulis sebelum semuanya berakhir*